Untukmu Teman,,,,,,

Disini kita pernah bertemu.. mencari warna seindah pelangi.. ketika kau mengulurkan tanganmu membawa ku kedaerah yang baru.. dan hidupku kini ceria.. kini dengarkanlah lintangan lagu tanda ingatanku kepadamu teman agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu.. kenangan bersamamu tak kan kulupa.. walau badai datang melanda walau bercerai jasad dan nyawa.. mengapa kita ditemukan dan akhirnya kita dipisahkan mungkinkah menguji kesetiaan kejujuran dan kemanisan iman.. Tuhan berikan daku kekuatan,,,,,,,,,,,,,Mungkinkah kita terlupa, Tuhan ada janjinya, bertemu berpisah kita adalah rahmat dan kasihNya andai di uji terangilah rahmat kesabaran, pergi lah gelita hadirlah cahaya.. (untukmu teman By brother)

Abis dengar nih nasyid kok jadi ingat ama Makassar,,,,,, khususnya Masjid nurul ittihad, kangen kali ya, Mmmm...kangen, lihat mereka “anak songko-songko”!! semangat mereka untuk belajar ilmu dien, canda tawa , saling menasehati dan saling mengingatkan, berlomba-lomba dalam kebaikan serta yang tak kalah seru adalah maen bola bareng (barombong) hahahaha gayana jie,, Sorry striker andalan ini belum bisa gabung masih ada tawaran dari si moratti pemilik klub intermilan itu,…... Hmmm Aku rindu ukhuwah itu. Kami disana saling menganggap saudara bukan karena hubungan darah ataupun keturunan akan tetapi agama inilah yang mempersatukan kami. Yah…. Innamal mu’minuna ikhwa. Ingat saat-saat ngajar di TPA Nurul Ittihad, rindu banget sama anak anak itu. terlihat jelas dalam wajah cerianya. Dulu ... kurasakan kehangatan bersama para santri kecil itu,,,
Mengajari mereka membaca Al-Quran adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang pernah kualami. Tak jarang aku ikut tertawa melihat tingkah lakunya yang sangat menggemaskan, tapi kadang aku pun menyesal bila harus menghukum mereka. Afwan Jiddan.

Seiring dengan perjalanan waktu, kini semua itu hanya tinggal kenangan. Harapanku suatu saat nanti aku ingin kembali dan berkumpul dengan sahabat sahabat terbaikku dimana suka dan duka senantiasa kami hadapi bersama …….??? Keep Istiqomah Kawan
Laa Takhauf … Laa Tahzan ……. Innallaha maa ana…….!!!!!
So,,,??? Semangkaa ehhh Semangaat ……….

#Terlalu Indah untuk dikenangkan#
Pulau Buton 3 Juni 2010 3:30 Dini hari

Teman Sejati

selama ini ku mencari cari teman yang sejati buat menemani perjuangan suci, bersyukur kini padaMu illahi teman yang dicari selama ini telah ku temui..
dengannya disisi perjuangan ini senang diharungi bertambah murni kasih illahi, kepadaMu Allah ku panjatkan do’a agar berkekalan kasih sayang kita..
kepadamu teman ku mohon sokongan perngorbanan dan pengertian telah ku ungkapkan segala galanya..
–snada, teman sejati–

renungan demi renungan aku lakukan. aku terima semua yang terjadi dalam hidupku dengan lapang dada, tanpa perlu kecewa ketika menghadapi kenyataan bahwa keinginanku masih belum dipenuhi Allah. Ya Allah terima kasih, aku diberi kesempatan untuk memperbaiki diriku dan mengambil hikmah yang terkandung didalamnya.

Betapa banyak nikmat telah Engkau berikan dan betapa malunya aku yang kadang tidak menyadarinya hanya karena salah satu permintaanku belum terpenuhi, yaitu mempunyai isteri, pendamping terbaik di sisiku. Ketika akal sehat dikalahkan oleh rasa frustasi, aku bertanya dalam hati Mungkin ke-takaburanku yang menyebabkan belum datang seorang "teman sejati" untukku. Kadang terbersit pikiran, apakah akan ada yang mencintaiku sungguh-sungguh hingga ingin menikah denganku. Kadang di tengah keputus-asaan aku mengadu kepada Allah, "Ya Allah aku hanya ingin berumah tangga untuk menjalankan sunnah Rasul, untuk menjaga hati dari zina, untuk menyempurnakan ibadahku". Mengapa untuk hal yang begitu sakral dan mulia Rabb belum juga memberikan “teman sejatiku”?

Aku pernah tertarik pada seseorang. Aku yang mengenal dia dan dia yang tak mengenal aku. Dia yang benar2 istiqomah terhadap agamanya. seseorang yang benar2 menjaga iffah dan kehormatannya. setahun sudah aku menjaga perasaan ini, haruskah aku segera menkhitbahnya, namun hati ini kerap meragu pantaskah diri yang fakir iman ini bersanding dengannya. Walaupun begitu aku mencoba untuk menangkap hikmah dari semua ini, bahwa Rabb ingin aku memperbaiki diriku sebelum "teman sejatiku" datang dan Allah akan memberikan yang terbaik untuk hidupku. Ya Allah aku senang dan bangga Engkau menyayangiku, Engkau akan memberikan yang terbaik untukku. Untuk itu, aku berusaha untuk selalu berlapang dada, pasrah dan bertawakal, bahkan jika Engkau belum mengizinkan aku menikah dalam waktu dekat ini.

Aku yakin bahwa sesuatu yang sulit mendapatkannya akan berbuah yang baik pula, dan aku yakin bahwa Allah selalu mempunyai rencana yang terbaik bagiku. Rabb, aku hanya mohon kepadamu sebuah akhir yang indah... jika dia memang untuk ku maka aku hanya memohon Jagalah dia untukku... amiin...

#Robbi... jodoh itu kuasamu#
Kamarku, Ba’da ashar 7 Juni 2010

Tentang Video Porno

Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menjaga pandangan dari melihat aurat atau kehormatan orang lain, Nabi saw juga telah melarang seseorang melihat aurat orang lain walaupun seorang laki-laki terhadap laki-laki yang lain atau seorang wanita terhadap wanita yang lain baik dengan syahwat maupun tanpa syahwat, sebagaimana sabdanya saw,”Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki (lain) dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita (lain). Janganlah seorang laki-laki berada dalam satu selimut dengan laki-laki lain dan janganlah seorang wanita berada dalam satu selimut dengan wanita lain.” (HR. Al Baihaqi)

Didalam film-film porno, batas-batas aurat atau bahkan inti dari aurat seseorang diperlihatkan dan dipertontonkan kepada orang-orang yang tidak halal melihatnya, ini merupakan perbuatan yang diharamkan baik orang yang mempertontokan maupun yang menontonnya.

Menonton Film Porno Termasuk Perzinahan

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata dari Nabi saw,”Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah penglihatan, zina lisan adalah perkataan dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (HR. Bukhori)

Imam Bukhori memasukan hadits ini kedalam Bab Zina Anggota Tubuh Selain Kemaluan, artinya bahwa zina tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan oleh kemaluan seseorang saja. Namun zina bisa dilakukan dengan mata melalui pandangan dan penglihatannya kepada sesuatu yang tidak dihalalkan, zina bisa dilakukan dengan lisannya dengan membicarakan hal-hal yang tidak benar dan zina juga bisa dilakukan dengan tangannya berupa menyentuh, memegang sesuatu yang diharamkan.
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat Ibnu Bathol yaitu,”Pandangan dan pembicaraan dinamakan dengan zina dikarenakan kedua hal tersebut menuntun seseorang untuk melakukan perzinahan yang sebenarnya.

kisah sedih anak yg mencoret mobil ayahnya

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

copas dari http://forum.upi.edu/v3/index.php?PHPSESSID=eced0dc3107a1a5cdc43a9c4a5947e5c&topic=6387.msg30180#msg30180

cerita mengharukan

Diane dan Jack berteman baik. Mereka telah saling mengenal sejak bersekolah dan sejak menjadi sahabat baik. Mereka berbagi semua dan apapun juga dan menghabiskan banyak waktu bersama dalam dan setelah sekolah. Tetapi hubungan mereka tidak kunjung berkembang namun hanyalah sebatas teman. Diane menyimpan rahasia, kekagumannya dan cintanya kepada Jack. Dia memiliki alasan tersendiri untuk menyimpan hal itu sendiri. TAKUT! Takut akan penolakan, takut jika Jack tidak sebagai temannya lagi, takut kehilangan seseorang yang dia merasa nyaman bersamanya.

Setidaknya jika dia tetap menjaga perasaannya, dia mungkin masih bisa bersama Jack dan dengan harapan, bahwa Jack lah yang akan mengatakan bagaimana perasaannya kepada Diane.
Waktu terus berjalan dan sekolah telah selesai. Jack dan Diane pergi ke arah yang berlainan. Jack melanjutkan studinya ke keluar negeri, sedangkan Diane mendapatkan pekerjaan. Mereka tetap saling berhubungan, dengan surat, saling mengirimkan foto masing-masing dan saling mengirimkan hadiah. Diane merindukan Jack akan kembali. Diane telah memutuskan bahwa dia memiliki kekuatan untuk mengatakan. Dan tiba-tiba, surat dari Jack terhenti. Diane menulis kepadanya,tetapi tidak ada jawaban.
Dimana dia? Apa yang terjadi? Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Dua tahun berlalu dan Diane tetap berharap bahwa Jack akan kembali atau setidaknya mengiriminya surat. Dan doanya terkabul.
Dia menerima surat dari Jack, mengatakan.. .! “Diane, aku punya kejutan untukmu… temui aku di bandara pukul 7 malam. Aku tidak kuat menunggu untuk menemuimu lagi. Cinta dan cium Jack” Diane berbunga-bunga. Cinta dan cium, berarti banyak bagi seorang wanita yang belum merasakan cinta sebelumnya.
Dia begitu gembira atas kata-kata itu. Ketika harinya telah tiba, Diane menunggu dengan cemas. Dia memakai pakaian terbaiknya dan berusaha terlihat secantik mungkin. Dia mencari Jack kesana kemari. Tetapi tidak dilihatnya Jack. Kemudian datang seorang wanita dengan pakaian ketat berwarna biru yang seksi. Dia begitu perhatian melihat Diane, “Hai! Aku Jacelyn, temannya Jack. Kamu Diane?” tanyanya. Diane menganggukkan kepala. “Maaf, aku punya kabar buruk bagimu. Jack tidak akan datang. Dia tidak akan datang lagi,” kata wanita itu, sambil meletakkan tangannya di pundaknya Diane. Diane tidak dapat mempercayai hal yang dia dengar!!! Apa yang telah terjadi?? Dimana kau Jack?? Diane bingung, dia amat sangat khawatir sekali dan wajahnya menjadi pucat. Wajahnya hampir menangis.
“Dimana Jack? Apa yang terjadi padanya??? Katakan padaku…” Diane bertubi2 menanyakan kepada si wanita sambil memohon dengan suara setengah menangis.
Si wanita melihat dengan cermat ke Diane dan dia menepuk pundak Diane dan mengatakan ……..
…….

…….

…….

…….

…….
“ALAMAK DIANE… INI IKE JACK…APAKAH IKE TERLIHAT CANTIK SEKARANG?
AIH….AIH.. ….YEY TIDAK DAPAT MENGENALI IKE LAGI YAH??? IHHH…SEBEL
DEH…..!!! …….
Dan kemudian Diane langsung pingsan….. Hehehehe…

Mencari Dirimu

Hamba mencari kemana-mana, alhasil hamba tak sanggup temukan belahan jiwa itu. Setiap hari hamba berdoa, namun belum juga terkabul. Mungkin inilah perjuangan.

Lama-lama hamba mulai menikmati kehidupan ini.
Walaupun jemu pernah hinggap dalam kamus kehidupan hamba, meraung-raung dalam sunyi.

Sungguh, di dunia yang maya ini, hamba mencoba menghindar dari gundukan dosa, namun laron-laron dosa itu sesekali berduyun mendekati hamba. Sekuat ruh hamba berlari-berlari menuju cahaya, dan konon, salah satu kendaraan untuk mendekatkan diri dengan cahaya itu adalah mendapatkan seorang pasangan. Ya, hamba mencari pasangan sempurna, agar hamba bisa menyempurnakan niat hamba, bercengkrama dengan cahaya sejati.

Hamba bergelut dengan hari-hari, mencari secercah cahaya untuk bisa hamba huni dari kegelapan yang semakin gandrung menyelimuti hati hamba lagi. Hamba akui di setiap arah jam yang bergulir ada terpendam berjuta rahasia yang tak bisa hamba singkap keberadaannya, tak mampu hamba kuliti satu persatu apa gerangan yang diinginkan Allah. Tadinya hamba berpikir bahwa hamba telah mampu meredam satu niatan hamba itu, mengubur riak-riak kehidupan yang hamba bangun dengan pondasi rapuh. Rupanya detak suara jarum jam semakin besar menghentak-hentak dan memekakan telinga hamba, lalu hamba kembali terpuruk, pikiran hamba terhuyung-huyung melangkahkan kaki tak tentu arah.

Suatu hari, hamba bertemu dengan mawar. Di taman itu ia hidup sendiri. Warnanya yang merah merekah membuat mata terkagum-kagum. Ingin rasanya hamba mempersuntingnya, memetik segala hasrat yang mulai basah kuyup dengan segala keinginan.

Sang mawar tak sadar bahwa ada yang mengamatinya. Ya Tuhan harum sekali. Ya, ketika pagi merambat, hamba merasakan keharuman yang luar biasa. Merambat ke seluruh ubun-ubun, keharuman yang menakjubkan. Hamba memberanikan diri untuk menyapanya.

“Selamat pagi, Mawar.” Mawar tersenyum, senyum yang menyejukkan.
“Selamat pagi. Ada apakah gerangan, sehingga pagi-pagi begini anda bertamu ke taman yang sepi ini?”

“Hamba berniat mencari pasangan yang sempurna. Setiap hari tanpa sepengetahuan anda, hamba mengamati anda, lalu tumbuhlah sejumput rasa tertentu yang tak bisa terdefinisi. Anda telah menyampaikan keharuman itu lewat wewangian yang disampaikan angin. Hamba pikir andalah yang hamba cari, belahan jiwa yang sekian lama memikat hamba untuk hidup dalam kembara.”

“Betulkah aku yang anda cari? Tak malukah anda menikah dengan bunga sederhana sepertiku? Apa yang membuat anda terkagum? Tak banyak yang bisa aku berikan untuk anda.”

“Mawar, sudah lama hamba mencari pasangan yang sempurna.
Mungkin inilah harapan terakhir. Melihat warnamu yang memerah, hamba terkesima. Jika anda mengizinkan, hamba ingin melamar anda. Mari kita arungi bahtera hidup ini.”

“Kalau betul itu yang anda inginkan, baiklah. Tunggu barang satu minggu, setelah itu jenguklah aku kembali.”

“Terimakasih mawar. Ternyata hamba tak salah pilih.
Seminggu lagi hamba akan kesini.”

Hamba lantas meninggalkannya sendiri di taman itu.
Hamba pergi diiringi senyum yang dramatis. Hati hamba seketika terbang ke langit. Sebentar lagi penantian hamba berakhir, hamba akan mendapatkan pasangan yang sempurna.

Seminggu berlalu, hamba mendatangi taman itu. Langkah kaki bersijingkat dengan sempurna, cepat dan gemulai.

Ketika hamba tiba di tempat itu, tiba-tiba hati hamba melepuh, berterbanganlah harapan yang sempat mewarnai relung hati yang basah dengan tinta penantian. Mawar yang akan hamba persunting, yang akan hamba petik ternyata tak lagi berada di tangkainya. Ia telah luruh ke tanah merah, beserakan tak karuan, tak jelas lagi juntrungannya. Hamba tak habis mengerti, mengapa semua ini harus terjadi? Warna yang tadinya memerah, kini berubah kecoklat-coklatan, menjadi keriput, tak sesegar seperti minggu kemarin. Hamba menghampirinya, duduk termenung seperti seorang bocah yang merengek meminta mainan yang telah rusak. Dengan terbata-bata hamba berusaha menyusun kata-kata, menuai kalimat-kalimat. Namun mulut hamba teramat kelu, tak bisa lagi dengan sporadis menelurkan deretan huruf.

“Selamat pagi. Masihkah ada keinginan untuk menikah dengan ketidaksempurnaanku ? Inilah aku, sang mawar yang sempat membuatmu terkagum. Mengapa wajah anda tercengang dan seolah tak memahami hakikat hidup”

“Mengapa anda menjadi seperti ini? Apakah gerangan yang salah?”
“Tak ada yang patut disalahkan. Ini adalah siklus kehidupan. Hamba hanya bisa bertabah menghadapi takdir yang membelenggu. Ini jalan yang harus hamba jalani.”

“Tapi hamba mencari pasangan yang sempurna, Mawar.”
“Jika demikian, aku bukanlah belahan jiwamu.”

Hamba beranjak dari tempat itu. Kekecewaan menghantui setiap langkah yang hamba bangun. Air mata menderas.
Mawar yang sempat mencengkram jiwa, kini hanya onggokan ketakutan yang tak pernah hamba mimpikan sebelumnya.
***

Kini hamba berjalan lagi menyusuri waktu, mencari pasangan yang sempurna. Di tengah perjalanan, hamba melihat merpati yang terbang, menari di udara.
Sayap-sayapnya ia sombongkan ke seluruh penjuru alam.
Sungguh cantik ia, membuat cemburu para petualang.

Lagi-lagi terbersit sebuah keinginan. Keinginan klasik: Inilah pasangan yang sempurna, semoga hamba bisa mendapatkannya. Merpati itu hinggap di ranting pohonan. Hamba memberanikan diri untuk memulai percakapan.

“Wahai merpati, tadi hamba melihatmu bercengkrama dengan angin. Bulu putihmu yang kudus, menjadikan harapan dalam batin kembali tumbuh.”

“Apa yang hendak anda inginkan?”
“Hamba mencari pasangan yang sempurna. Andalah yang hamba cari.”

“Betulkah aku yang anda cari?”
“Ya tentu. Hamba ingin anda terbang bersama hamba, membangun sebuah keindahan, mengarungi bahtera kehidupan.”

“Jika demikian, silahkan tangkap aku. Apabila anda berhasil menangkap diriku, aku berani menjadi belahan jiwa anda. Aku akan belajar menjadi apa yang anda inginkan.”

“Tapi bagaimana mungkin hamba bisa menangkap anda?
Anda mempunyai dua sayap yang indah dan memesona, sedangkan hamba hanya manusia yang bisa menerbangkan imajinasi saja, selebihnya hamba adalah pemimpi yang takut dengan kehidupan.”

“Segala sesuatu mungkin saja terjadi, asalkan ada maksud yang jelas dan lurus. Lebih baik anda pikirkan kembali niatan anda itu. Betulkah aku pasangan yang anda cari? Maaf, hamba aku bercengkrama dulu dengan angin, sampai jumpa.”

Hamba tak bisa berkata banyak, merpati telah terbang bersama angin. Angin, oh…rupanya kekasih sejati merpati adalah angin. Hamba tak mau merusak takdir mereka. Bagaimana kata dunia kalau hamba dengan paksa menikahi sang merpati? Dunia akan mencemooh hamba sebagai manusia paling bodoh yang pernah dilahirkan.
Tapi kemanakah lagi hamba harus mencari pasangan jiwa?
***

Itulah kabar hamba dulu. Meniti berbagai penderitaan untuk menyempurnakan segala beban yang melingkar di dasar palung jiwa hamba. Itulah gelagat hamba dulu, seperti seorang pecinta yang berkelana tak jelas arah dan tujuan, menghujani kulit lepuh para bidadari, menjadikan mereka gundah, berenang di atas lautan hampa. Begitu juga hamba. Ya, kabar hamba dulu!

Memekik cinta yang bergemuruh, membadai, bercengkrama, meraja, bersengketa, meracau seperti burung kondor yang rindu bangkai-bangkai kematian. Dulu hamba tersesat dalam labirin sunyi tanpa nama. Hamba nyaris seperti mayat yang bergentayangan di siang hari, diperbudak angan-angan, bertubi-tubi mulut hamba memukul angin.

Sampai suatu malam, ketika keheningan mengambang di udara, berderinglah sebuah telepon selular yang teronggok di atas sajadah harapan. Kala itu hamba tidur lelap, mencipta mimpi yang samar. Hamba dibangunkan oleh gemuruh suara ring tone. Anehnya, suara selular itu tidak lagi menggelayutkan melodi seperti biasanya. Suaranya aneh tapi nikmat dan menyejukkan. Kalau tidak salah seperti ini:

Allahuakbar. …Allahuakbar. ..Allahuakbar. .. Kontan saja hamba terhenyak dan sempat kaget. Hamba mencoba memicingkan mata yang berat seperti terbebani satu ton serbuk besi. Di dinding kamar hamba melihat detak jam yang mengarah pada nomor tiga. Masih sepertiga malam.

Siapa gerangan yang berani mengusik persemayaman indah ini? Lalu hamba mulai merunut kata-kata.

“Halo, siapa anda? Mengapa membangunkan hamba? Biarkan hamba beristirahat barang sejenak.” Hening, tak ada jawaban. Hamba pikir, ini pasti gelagat orang jahil yang mencoba berimprovisasi. Tapi ketika hamba mau menutup telepon selular, hamba mendengar suara yang menggelegar. Bukan, suara ini bukan dari telepon selular, tapi dari segala penjuru mata angin. Keringat mulai menghujan, ketakutan bersalaman di batin, air mata tak bisa hamba bendung, dan rasa rindu mencengkram hamba dari belakang, rindu yang tak terdefinisi. Mungkinkah doa-doa hamba yang terdahulu akan terkabul? Siapakah gerangan yang bicara? Setelah bermilyar doa berjejalan di udara, hamba harap sejumput cahaya itu yang bicara Ya, semoga bukan kepalsuan yang bicara. Suara itu makin keras terdengar. Suara itu berkata seperti ini.

“Betulkah kau mencari pasangan yang sempurna?” Dengan terbata-bata hamba bilang,

“Ya…ya..hamba mencari pasangan yang sempurna. Mampukah anda mengabulkan keinginan hamba yang belum terwujud ini?” Suara itu kembali berujar.

“Berbaringlah, lalu tutuplah matamu. Bukalah ketika suaraku tak terdengar lagi.” Hamba ikuti keinginannya.

Hamba tutup mata hamba, dan berbaringlah. Riangnya hati hamba, sebentar lagi hamba akan berjumpa dengan pasangan sempurna. Jodoh hamba akan hadir. Ah, suara itu hening. Hamba mulai memicingkan mata. Hamba lihat di sekeliling. Mengapa yang terlihat hanya gumpalan-gumpalan tanah yang kecoklatan? Mengapa begitu sejuk? Kemudian hamba melihat pakaian hamba.

Putih! Semua serba putih. Bukankah ini kain kafan? Alam barzah, pikir hamba. Lalu hamba melihat sesosok tubuh datang menghampiri, begitu bercahaya, tampan rupawan.

“Siapa anda?”
“Hamba adalah amalan anda. Hamba tercipta dari anda, pasangan sempurna yang anda ciptakan sendiri. Menikahlah dengan hamba, sambil menunggu semua manusia kembali ke alam sunyi ini.”

http://cahayanya.name/category/cerpen

susahnya memilih

Ba’da ashar waktu itu lembayung warna merah kekuning-kuningan, pengennya sih pelangi senja tapi belum jodoh ama suasananya. Seperti biasa teman-teman nongkrong di depan masjid entah obrolan apa lagi sore ini biasanya tentang masalah hati, laa…iyalah tema favorit dikalangan ikhwan yang belum menikah. akan tetapi yang selalu menjadi aral dikalangan ikhwan adalah terlalu banyak kriteria yang menjadi pilihan untuk menentukan pasangan hidup. Bukankah wanita itu dinikahi karena agama yang ada pada dirinya.
Ah, betapa naifnya kita yang selalu menuntut segala sesuatunya harus sempurna sesuai standar yang kita inginkan. Memangnya kita ini siapa? Memangnya kita ini apa? Sehingga kita jarang sekali bercermin bahwa kita sendiri memiliki kekurangan yang mungkin lebih banyak dari apa yang kita tunjuk kekurangan tersebut pada orang lain. Tak sadarkah kita, kalau selama ini Allah menutupi segala kekurangan kita dan selalu mencukupkannya lewat jalan yang tak diduga-duga. Lalu kenapa kita begitu angkuh untuk menerima dan sedikit merenungi semua nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
Bahkan terhadap pasangan hidup kita yang telah berikrar dengan kita, menuju tata gerbang marhamah. Menjalin ikatan seumur hidup untuk selalu bersama. Membina bahtera dengan apa yang ada pada diri kita. Masih saja kita menuntutnya untuk menjadi sempurna seperti apa yang kita inginkan.
Kalo pilihan saya sih yang gak terlalu ‘Wah’, yang asal-asalan ajha ……………. asal sholehah, asal kaya, asal cantik, asal pintar, hahay … sama saja. Dan ternyata aku masih banyak memilih ….